Jemparingan
Olah Raga Panahan ala Yogyakarta.
Busur dan anak panah merupakan kesatuan yang
menjadi senjata para punggawa kerajaan masa lalu, namun demikian
keberadaannya sampai saat ini masih menjadi hal yang menarik. Di Cabang
olahraga pun panahan menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam
beberapa event diantaranya PON, SEA GAMES, Asean Games dan tidak jarang
di Olimpiade. Namun apakah Anda pernah melihat atlet panahan yang
memakai pakaian tradisional jawa dan melepaskan anak panah sembari duduk
bersila ?
Yogyakarta
dengan segudang keunikan mampu mengapresiasi hal tersebut dengan
menggelar olah raga tradisional Jemparingan atau dikenal juga dengan
Panahan Tradisional Mataraman. Jemparing merupakan kata bahasa jawa yang
berarti panah, Jemparingan awal mulanya hanya sebagai kegiatan latihan prajurit keraton namun lama kelamaan dijadikan kegiatan olahraga..
Kegiatan perlombaan olah raga seni memanah tersebut sudah rutin di selenggarakan oleh pihak Keraton Kasultanan Yogyakarta
sejak tahun 1934. Event ini dilakukan setiap 35 hari sekali bertepatan
dengan hari selasa wage dalam penanggalan jawa yang bertepatan sebagai
hari lahir Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dengan menggambil tempat di
Lapangan Kemandungan Kidul, Kraton Kasultanan Yogyakarta atau dibelakang
gedung Sasono Hinggil Dwi Abad, Alun Alun Selatan
Yogyakarta. Untuk peserta lomba saat ini tidak terbatas kalangan
keraton dan masyarakat Yogyakarta saja namun sudah meluas sampai ke suku
bahkan bangsa lain.Lomba tersebut terdiri dari 20 rambahan atau putaran
dan setiap putaran peserta diberi kesempatan untuk meluncurkan 5 anak
panah dengan duduk bersila berderet untuk memanah target sasaran yang
berjarak sejauh 30 meter.
Sekilas nampak olah raga tersebut hanya membidik sasaran yang disebut
bandul
atau bedor dengan busur dan anak panah, namun keunikan tersebut ada
pada pelaku pemanah tersebut yakni berpakaian adat surjan atau
peranakan, jarit dan memakai blangkon untuk kostum pria dan untuk wanita
berupa kebaya dan jarit. serta cara memanah yang unik yakni dengan
duduk bersila.
Beberapa pendapat olah raga ini sangat bagus untuk meningkatkan daya
konsetrasi. Filosofi yang dapat diambil dari kegiatan tersebut adalah
peserta yang menang adalah peserta yang mampu mengasah rasa dan
membangun hubungan dengan sesuatu yang jauh dari kita
How to get there :
Untuk menuju tempat ini anda dapat menggunakan
menggunakan kendaraan tradisional berupa becak atau Andong yang banyak
di kota Yogyakarta atau angkutan modern seperti taksi. Atau bisa juga
menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat yang dapat
diparkir disekitar Alun Alun Selatan keraton Yogyakarta.
LOMBA PANAH TRADISIONAL. Sejumlah warga bersiap melepaskan anak panah ketika mengikuti lomba panah tradisional di Distrik Kwamki Lama-Timika, Kab. Mimika, Papua, Sabtu (13/8). Ratusan warga Papua dari tujuh kampung di Distrik Kwamki Lama, mengikuti lomba tersebut selain untuk menyambut HUT RI ke-66, juga guna mengurangi kebiasaan perang suku di antara mereka. FOTO ANTARA/Husyen Abdillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar